Surabaya – Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya gencar menjalankan program penjemputan siswa di jenjang SD dan SMP yang kedapatan bolos sekolah. Inisiatif ini bertujuan menekan angka putus sekolah dan memastikan anak-anak kembali melanjutkan pendidikan.
Program yang digagas Dispendik ini diberi nama “Rawan Putus Sekolah”. Melalui program ini, para guru akan melakukan kunjungan langsung atau *home visit* ke rumah siswa yang absen tanpa keterangan, kemudian mengajak mereka kembali ke bangku sekolah.
Contoh nyata terlihat dari sebuah video yang diunggah akun media sosial Dispendik Surabaya. Video tersebut memperlihatkan sejumlah guru SMPN 46 Surabaya menjemput seorang siswa yang telah bolos selama tiga hari karena masalah keluarga. Setelah berdiskusi dengan pihak keluarga, siswa itu akhirnya bersedia kembali ke sekolah.
Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh, menjelaskan bahwa tujuan utama program penjemputan siswa ini adalah sebagai upaya preventif untuk mencegah anak-anak putus sekolah. Ia berharap inisiatif ini dapat menumbuhkan kembali semangat belajar siswa di lingkungan sekolah.
Yusuf Masruh memastikan, proses penjemputan didahului dengan komunikasi intensif antara pihak guru dan orang tua siswa. “Alhamdulillah teman-teman guru saling bisa empati, *home visit* ke rumah (menjemput siswa yang bolos sekolah), nanti dimotivasi. Harapannya nanti anak-anak segera bisa kembali ke sekolah,” ujar Yusuf pada Senin (24/11). Ia menambahkan, jika lingkungan siswa terlalu lama di luar sekolah, semangat untuk kembali belajar bisa memudar.
Pihaknya menekankan pentingnya kunjungan langsung ke rumah jika siswa tidak masuk tanpa izin selama satu atau dua hari. “Soalnya kami enggak tahu anak-anak ini harus apa ini di luar, nanti pas dia enggak izin (bolos) dia ke mana-mana, tetapi teman-teman guru mesti komunikasi sama orang tua, tanya ke mana kok enggak masuk,” jelasnya.
Program penjemputan siswa bolos ini merupakan kebijakan baru Dispendik Surabaya dan diharapkan dapat diterapkan oleh seluruh sekolah dengan model yang disesuaikan kondisi masing-masing anak. Peran guru Bimbingan Konseling (BK) juga akan ditingkatkan untuk mendengarkan keluhan dan alasan siswa bolos. “Insyaallah sudah diterapkan ke semua sekolah, tetapi pelaksanaannya enggak sama. Ada satgas di sekolah,” pungkas Yusuf.

