Jakarta – PT Freeport Indonesia (PTFI) hingga kini belum mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk periode 2026. Situasi ini terjadi di tengah terganggunya produksi tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) pasca-longsor fatal pada awal September 2025, yang juga berdampak pada pasokan konsentrat tembaga ke smelter serta kebutuhan emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa PTFI belum menyerahkan revisi RKAB. Ia berharap proses penataan pasca-longsor dapat segera tuntas, mengingat batas waktu pengajuan RKAB tahunan akan ditutup pada 15 November 2025. Pernyataan tersebut disampaikan Bahlil usai membuka Minerba Convex di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu, 15 Oktober 2025.
Bahlil menjelaskan, kegiatan produksi PTFI di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) belum pulih sepenuhnya pasca-insiden longsor pada awal September 2025. Gangguan produksi ini secara langsung memengaruhi pasokan konsentrat tembaga ke smelter PTFI di Gresik, Jawa Timur.
“Sudah pasti suplai konsentrat ke smelter berkurang. Apabila suplai belum maksimal, operasional smelter otomatis terganggu,” tegas Bahlil. Ia menambahkan, pihaknya masih menunggu hasil evaluasi teknis dari kejadian di tambang bawah tanah tersebut.
Proses pengajuan RKAB kini mengacu pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2025. Regulasi yang diundangkan pada 3 Oktober 2025 ini mengatur tata cara penyusunan, penyampaian, dan persetujuan RKAB, serta mengembalikan periode pengajuan menjadi satu tahun, dari sebelumnya berlaku tiga tahun.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, juga menyatakan bahwa evaluasi menyeluruh terhadap penyebab dan dampak longsor masih berlangsung. “Hingga saat ini proses evaluasi masih berjalan, belum ada hasil final,” kata Tri di JCC Senayan, pada tanggal yang sama.
Sebelumnya, pada 14 Oktober 2025, Bahlil telah mengungkapkan bahwa produksi konsentrat PTFI yang belum pulih juga berdampak pada pasokan emas untuk PT Aneka Tambang Tbk (Antam). “Produksi konsentrat belum maksimal, sehingga terjadi kekurangan pasokan emas untuk Antam,” ujarnya saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jakarta.
Ia menjelaskan, smelter PTFI di Gresik memegang peran krusial dalam pengolahan konsentrat tembaga menjadi berbagai produk turunan, termasuk emas. “Jika tiga juta ton konsentrat tembaga dapat diolah di smelter, itu berpotensi menghasilkan 50 sampai 60 ton emas,” paparnya.
Untuk mengantisipasi kekurangan pasokan ini, Kementerian ESDM sedang menyiapkan langkah-langkah strategis demi memastikan kebutuhan emas Antam tetap terpenuhi. “Kami sedang mendiskusikan opsi agar pasokan untuk Antam dapat dioptimalkan,” tambah Bahlil.
Sebagai informasi, tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia di GBC mengalami longsor fatal pada 8 September 2025. Insiden tersebut menewaskan tujuh pekerja dan menyebabkan penghentian produksi selama hampir satu bulan. Proses pencarian korban berlangsung selama 27 hari sebelum aktivitas tambang dipulihkan secara bertahap.